Sabtu, 08 Mei 2010

" seorang pria, suami, ayah dan anak "



Semua masih teringat jelas di dalam memoriku. Rekaman demi rekaman bagaikan jejak kehidupan yang akan mengajarkanku akan arti hidup ini. Sebuah kisah yang ingin kukenang dan kubagi dengan dunia. Sebuah kisah yang sempat terekam dalam ingatanku.

Jejak itu ditinggalkannya tepat dalam ingatan dan tertanam langsung dalam hatiku. Seorang yang mengajarkanku akan arti hidup. Membuatku menjadi setegar batu karang, sekuat besi baja, …… Tak pernah sedikitpun akan kulupa tentang dirinya.

Tak mungkin wanita yang menikah dengan dirinya akan merasa bahwa dirinya telah salah memilih pria dalam hidupnya. Justru sebaiknya, dia akan sangat bersyukur telah menemukan dan mendapatkan pria sebaik pria ini. Seorang pria yang sabar, pengertian, penuh kasih, peduli sesama, setia, jujur dan masih banyak lagi kelebihan atas dirinya yang aku sendiri mungkin belum dapat menemukannya walaupun aku sudah berada cukup lama dengannya.

Rasa syukur itu sangat terlihat jelas dalam raut wajah wanita itu. Aku turut bersyukur dan bahagia atas kebahagiaan wanita itu. Dan sejak aku mengerti arti seorang pria dalam hidupku, maka di dalam setiap sujud panjangku bahkan dalam setiap doaku, aku memohon agar Tuhan menciptakan seorang pria seperti dia untukku. Begitu sempurna ciptaan-Nya yang satu ini, mungkin ini hanya dalam pikirku saja. Kesempurnaan yang dimilikinya seakan-akan menjadi selimut atas kekurangan yang ada dalam dirinya.

Kesehariannya sangat sederhana, semua hasil jerih payahnya dia berikan untuk orang-orang yang dia sayangi. Tak pernah dia inginkan lebih, cukup melihat orang disekelilingnya bahagia sudah cukup baginya. Teman, sahabat, relasi juga kerabat selalu mendapat kebaikan hatinya walaupun dia sendiri tidak memiliki apapun pada kenyataannya. Ya…rasa social yang dmilikinya terlalu tinggi, bahkan dia sendiri memberikan apa yang dimilikinya untuk orang lain walaupun aku tahu dia sendiri butuh.

Ya…dia seorang pria yang benar-benar tak akan ku lupakan dalam hidupku. Seorang pria yang terus menjadi inspirasiku. Seorang pria yang selalu memiliki prinsip bahwa dia harus selalu berguna untuk makhluk lain, walau sekecil apapun juga yang dia dapat berikan.

Wanita beruntung itu kini tak sendiri lagi di dalam mengarungi kehidupannya. Setiap hari dia akan ditemani seorang pria yang kini menjadi suaminya, seorang yang telah menjadi belahan jiwanya. Seorang pria yang akan menemani hingga akhir hayatnya.

Pria yang satu ini sangat setia menemani wanita yang telah dinikahinya ini. Sekeras apapun sifatnya, selalu dihadapinya dengan rasa sabar. Semarah apapun wanita ini, hanya diam dan kata-kata lembut yang keluar dari bibirnya. Jika pun ada sebuah kata kasar yang terlontar, pastinya itu karena sabarnya sudah berada di ambang batas. Namun tetap saja dia adalah seorang pria yang sabar.

Pria yang satu ini tak banyak mengeluh akan kesibukan istrinya, karena dia tahu bahwa istrinya juga ikut membanting tulang untuk mencukupi kehidupan keluarga mereka. Bahkan diwaktu senggangnya, tak pernah dia berpikir dua kali untuk mengerjakan pekerjaan rumah yang bisa dikerjakannya. Setidaknya untuk membantu istrinya, namun selain itu aku tahu dia sangat menyukai kebersihan. Pernah kurasakan masakan buatannya, sederhana namun cukup lezat. Tak kalah dengan buatan istrinya.

Pria yang satu ini sungguh sangat menyayangi istrinya. Walau ku tak pernah tahu, tapi aku yakin di dalam hatinya hanya terpatri satu nama wanita. Ya…wanita yang sangat dia sayangi dan kasihi hingga maut nanti yang akan memisahkan mereka berdua.

Kisah lain yang terekam dalam memoriku yang sampai sekarang tetap kurasakan jejaknya dalam hidupku. Pria itu kini telah berada di sampingku. Pria itu kini selalu mendoakanku dalam setiap doa yang dipanjatkannya. Pria itu kini terus ikut memilirkan akan hidu yang sedang ku jalani, walau dia tak pernah mengatakannya kepadaku. Rasa sayang ini begitu besar padanya, seperti rasa sayangnya padaku yang tak pernah dia ungkapkan dan katakan padaku. Namun aku tahu itu, aku sadari itu, aku rasakan itu.

Setiap hari sejak aku masih dalam kandungan pria itu sangat memperhatikanku. Perhatiannya tidak kalah dengan wanita yang sedang mengandungku. Bahkan hingga aku mengeluarkan tangis untuk pertama kalinya di dunia ini, dia terus berada disisi wanita itu untuk memberinya semangat dan melihatku untuk pertama kalinya. Dia lah yang menyuarakan nama-Mu dan mengumandangkan panggilan sayang-Mu untuk pertama kalinya dihadapanku. Sungguh dialah orangnya.

Kasih sayangnya sungguh tak terlihat, namun aku dapat merasakannya. Hingga aku beranjak dewasa, dialah orang pertama yang memberiku sebuah rasa kepercayaan kepadaku. Dan aku berjanji padanya tak akan pernah ku khianati kepercayaannya itu.

Saat ku meminta izin untuk pulang larut malam, dialah yang memberikanku izin di saat kekhawatiran dan kecemasan ibuku telah mencuat dalam pikirannya sendiri. Walau ada larangan untuk tidak pulang larut malam tapi dalam tiap nadanya memberikan penekanan untuk belajar bagaimana menghargai orang lain atas rasa kasih sayangnya kepada kita.

Sempat ku benar-benar melihat kasih sayang dan pengorbanannya, saat enam tahun lalu aku terkapar tak berdaya karena DBD (Demam Berdarah Dangue) yang menyerangku. Kerjaan ditinggalkannya hanya demi untuk menjagaku di Rumah Sakit tempatku dirawat. Tanpa kenal lelah dia terus menjagaku. Pria ini benar-benar memberikan semua perhatiannya, wanita yang selalu kusayang juga terus menemaniku bersamanya hingga aku sembuh dan dinyatakan sehat oleh dokter yang merawatku.

Saat ku mulai beranjak dewasa, pria ini selalu membuat hal yang tak pernah kubayangkan sebelumnya. Hal-hal yang membuatku terus mengerti dan mulai mempelajari apa arti pengorbanan di dalam hidup.

Pernah suatu hari kurasakan tulus kasih sayangnya, rasa itu sangat jelas dan nyata. Hari itu aku benar-benar harus kembali ke kota hujan tempatku menimba ilmu. Namun dia tidak sampai hati untuk membiarkanku pulang sendiri. Walau kelelahan tersirat jelas dari wajahnya dia nekat mengantarkanku dengan Megapro kesayangannya. “Aku diantar sampai terminal Lebak Bulus saja Pa.” Dan dengan sebuah anggukan kepala disertai dengan sebuah kata-kata dia menjawabnya, “iya.” Tapi saat di tengah perjalanan Megapro kesayangannya terus melaju ke arah kota tujuanku itu. “ Pa, mau nganter sampai kostan ya?”. Dan hanya kata itu lagi yang keluar dari bibirnya, “iya .” Sungguh tak sampai hati sebenarnya diriku, namun keras kepala dan tekatnya sudah kuat. Belum sampai di tempat tujuan, tiba-tiba saja hujan jatuh tanpa kompromi terlebih dahulu. Dihentikannya laju kendaraan yang sedang kami naiki. “Ana lanjutin naik angkot aja ya Pa, lagipula udah deket kok.” “Ya sudah, hati-hati ya. Nanti telepon mama kalo udah sampai kostan, jangan lupa bilang kalo Papa langsung pulang.” Dengan anggukan kecil namun pasti aku jawab perintahnya. Ku hentikan angkot dan kunaiki secepat mungkin. Dari dalam angkot ku lihat sosoknya dengan penuh kasih. Dalam hati ku bergumam, “Aku sayang Papa.” Kejadian itu tidak hanya sekali atau dua kali saja, tetapi dia terus melakukannya saat sisa tenaganya masih ada. Ya…hanya untuk mengantarkanku, dia rela walaupun tubuhnya letih. Dan dia tak pernah mengeluh sedikitpun akan hal ini. Dia sungguh pria terhebat yang pernah kutahu dan kukenal.

Sungguh terkadang sikap dan perilakuku padanya tak sebanding atas apa yang telah di berikan kepadaku. Belum dapat ku membalas semua rasa kasih sayangnya selama ini padaku.

Namun kini dihadapanku, dia mengajarkanku bagaimana membalas semua kebaikan dan pengorbanan orang tua kita. Ya….dia mulai mengajarkannya padaku. Bahkan aku sendiri terpukau saat melihatnya.

Saat ini, pria itu sedang diberi sebuah ujian hidup. Ibu yang melahirkannya sedang sakit. Begitu lemah dan tak berdaya. Hingga pria ini dituntut untuk selalu berada di sampingnya. Namun apa daya, dia tetap harus bekerja tiap hari walaupun di dalam hati kecilnya dia ingin sekali terus berada di samping ibunya.

Hari sabtu dan minggu adalah dua hari yang sangat berharga untuknya. Dia dengan senang hati melayani dan selalu siap sedia jika ibunya membutuhkannya. Walau hanya untuk sekedar buang air kecil, dia siap menolongnya.

Suatu hari, ibunya tak dapat menggerakkan tubuhnya sama sekali. Kekhawatiran mencuat dari setiap guratan diwajahnya. Dengan penuh rasa sayang dia menemani dan menolong ibunya melakukan semua aktivitas sehari-hari. Mulai dari makan, buang air kecil dan besar, mandi, bahkan ganti pakaian sekalipun. Walaupun butir-butir keringat terus mengalir dari tubuhnya saat dia membantu ibunya untuk duduk, berdiri atau berbaring kembali, dia tak peduli. Hanya bakti yang tulus dan disertai rasa kasih sayang yang ingin dia berikan tanpa mengharap apapun. Seperti dulu saat wanita yang melahirkannya itu juga melakukan hal yang sama bertahun-tahun yang lalu.

Aku tahu bahwa suatu hari nanti, aku juga harus seperti dia. Karena hidup itu seperti sebuah siklus, yang pada akhirnya akan kembali seperti di awal. Berawal dari bayi kecil tak berdosa dan tak dapat melakukan apapun sendiri hingga kembali lagi kita menjadi seorang bayi seperti di awal kita dilahirkan. Hanya saja ukuran tubuh kita telah berubah menjadi seorang bayi besar yang tak dapat melakukan apapun sendiri. Ya…itulah hidup. Sebuah siklus hidup yang sudah pasti.

Dan pria itu telah mengajarkanku akan semua hal yang tak dapat kupelajari di tempat ku menimba ilmu selama ini. Pria itu meninggalkan jejak yang terus tertanam di dasar jiwaku. Pria itu terus menjadi pemeran utama dalam setiap video rekaman amatirku. Pria itu menjadi pemeran utama yang selalu menemani pemeran wanita utama dengan kesetiannya di dalam panggung sandiwara hidup ini. Pria itu tak dapat selalu mengungkapkan semua rasa dan inginnya dengan rangkaian kata-kata, namun dia sangat lihai mengungkapkannya dengan sikap dan perbuatannya baik untuk istrinya, anaknya, ibunya dan orang lain. Bagaikan mimpi yang sangat indah, ku dapat terus berada disampingnya dan menjadi bagian dari hidupnya. Tapi jelas sekali aku tak pernah bermimpi, karena ini adalah kenyataan. Aku memilikinya dan tak akan kusia-siakan. Aku akan menyayanginya seperti dia menyayangiku. Aku akan menghormatinya seperti dia menghormati setiap keputusanku. Aku akan sangat merindukannya suatu hari nanti. Saat aku mendapatkan pria seperti dia, untuk berada di sampingku selamanya. Suatu hari nanti, saat dia memberikan sebuah amanah dan kepercayaan yang sangat besar untukku nanti.

Pria yang namanya selalu ku ulang dalam setiap kalimat yang kurangkai ini. Ya…dia adalah Papaku. The best father in the word. Luph u dad….

From your little daughter.

Naun..

>.<

Tidak ada komentar: